Skip to main content

Berikan Aku Kengerian - Pengabdi Setan 2017

Pengabdi Setan

Judulnya apa banget, belagak mencari kengerian, tapi sendirinya paling takut sama hal ghaib XD

            Belakangan ini saya lagi pengen banget nonton film horror atau thriller. Tapi nggak ada yang mau ngasih copy-an filmnya (gretongan banget emang). Selain itu juga nggak tahu musti nonton apa. Lalu iseng-iseng liat film baru di bioskop (cieee yang di kotanya udah ada XXI pffft~ ), ternyata lagi musim film horror. Dari beberapa judul, saya tertarik sama ‘Pengabdi Setan’. Film hasil remake film horror jadul. Dulu sempat baca rekomendasi film horror indo terbaik dan ‘Pengabdi Setan’ termasuk dalam jajarannya. Otomatis saya mau nonton film terbarunya dong wahahahahha

            Awalnya masih ragu, takut nggak sesuai ekspektasi kayak ‘Danur’ yang saya tonton dulu. Soalnya lagi dalam mood nonton film seram yang bikin merinding. Mau memacu adrenaline, gitu! (cie elah!) sebelum nonton, nyempetin nonton trailernya dan sempat nemu video reaksi orang yang nonton; rata-rata sih pada ketakutan, teriak-teriak, dan segala macam reaksi ketakutan lainnya. Dalam hati mikirnya, ‘Wah, seseram apa nih film. Bisa bikin orang takut. Kayaknya emang harus nonton!’ (saya nggak mau lagi nonton horror berasa nonton komedi kayak sebelumnya) dan kali ini niatnya pengen nonton bareng ‘Mawar’ tapi dia nggak bisa dalam waktu dekat. Cih, akhirnya nonton horror sendirian lagi.

            Tadi siang (2 okt) saya pergi nonton—sendirian—dan sangat beruntung studionya nggak penuh. Saya duduk di barisan F dan di samping saya nggak ada orang. Jadi seleretan itu hanya ada saya (nggak tau musti senang atau ngenes). Sementara barisan di seberang saya cuma ada sepasang (enak ya ada yang tangannya bisa diremes pas ketakutan/ halah). Tapi enak, sih. Nggak terlalu bising. Di bagian depan nggak ada siapa-siapa. Di belakang juga dikit. Bagus, sih suasananya buat nonton horror #elusdagu

            Film ini bercerita tentang sebuah keluarga (ayah, ibu, nenek, dan 4 orang anak). Sang ibu adalah mantan penyanyi yang terpaksa pensiun karena sakit yang membuatnya hanya bisa berbaring dan menggerakkan sedikit tangan untuk membunyikan lonceng jika butuh sesuatu. Untuk pengobatan sang ibu, mereka sekeluarga mengalami kesulitan ekonomi. Suatu hari sang ibu meninggal dunia, sehari setelah berkabung, Ayah pergi keluar kota untuk bekerja. Namun, seisi rumah malah merasa kalau sang ibu telah kembali ke rumah.  Contohnya saja di dalam rumah masih sering terdengar suara lonceng yang biasa digunakan ibunya untuk memanggil jika ada keperluan. Tak lama kemudian, nenek juga meninggal dunia (ditemukan mengapung dalam sumur) dan sejak saat itu, segala macam terror semakin menjadi.

            Menurut saya, ini film yang bagus. Ada beberapa humor ‘cerdas’ yang pecah banget. Yang paling saya inget tuh, pas anak kedua (cowok 16 tahun) yang becanda bilang bakal jadi gigolo dan ditanya serius sama adiknya (anak ke-3, 10 tahun) tentang apa itu gigolo, si kakak langsung bilang itu sebuah pekerjaan yang enak, kita disayang-sayang… trus dikasih duit. Dan si adik langsung bilang, “kayaknya aku jadi gigolo juga deh” dengan wajah polos (ini bikin ngakak banget/ eh ini spoiler bukan sih?!). selain itu juga ada beberapa humor lain yang bikin nggak bosan. selain humor, juga disuguhi drama keluarga yang menurut saya bagus.

            Untuk sisi horornya, ini cukup bikin kaget dibeberapa adegan. Yang aling memorial itu adalah, pas setan sang ibu bilang ‘sisirin rambut ibu, Ton!’. Ini serius bikin kaget. tapi saya malah ngakak saking kagetnya. Refleks aja ngakak—mungkin bentuk perlindungan mental yang berasal dari alam bawah sadar(?). selain hantu, juga ada mayat hidupnya. Orang-orang bilang ini zombie ala Indonesia. Tapi sayangnya nggak ada adegan hancurin kepala zombie (ya iyalah). Secara keseluruhan, menurut saya filmnya bagus, tapi masih belum cukup seram untuk bikin saya takut tidur sendirian di malam hari. 

        Hal yang mengecewakan menurut saya adalah bagian akhirnya. Penyelesaian masalahnya nggak banget, sih. Padahal hantunya udah sebanyak dan seagresif itu, tapi penyelesaiannya cuma segitu doang. Saya kurang puas.

            Di bagian akhir juga ada adegan yang bikin saya pengen bilang, ‘KAMI BUTUH SEKUEL!”

Tambahan:
1.      Saya suka acting M. Adhiyat sebagai Ian (anak keempat, 7 tahun). Ini anak sering bikin ngakak sama tingkah lucunya, tapi sempat bikin merinding di beberapa adegan.

2.      Endy Arfian (anak kedua) itu… punya bibir yang kissable! (apa ini?) 

Comments

Popular posts from this blog

Fakta 'Ciel Phantomhive' Black butler

Beberapa waktu yang lalu saya dibuat tertarik oleh sebuah status di akun fesbuk yang menyatakan bahwa, “ Ciel Phantomhive sejak awal telah meninggal dunia dan yang mengikat kontrak dengan Sebastian Michaelis bukanlah Ciel melainkan saudara kembar Ciel ” Hal tersebut sontak membuat saya  shock dan benar-benar tak mempercayainya, bagaimana mungkin? Tahu darimana? Rasanya tidak ada pengungkapan hal tersebut di komiknya ataupun anime, tapi setelah dijelaskan sumbernya, saya baru menyadarinya. MEMANG tidak dijelaskan secara gamblang, tapi dijelaskan dengan cara yang sangat lihai oleh Yana Toboso-sensei. YA! DIJELASKAN SECARA TIDAK LANGSUNG dan kalau TIDAK TELITI dan KRITIS ketika membacanya pasti akan terkecoh dan mengabaikannya. Saya termasuk orang yang mengabaikannya, soalnya saya terbiasa membaca komik sederhana yang tidak terlalu memiliki banyak misteri, saya tak menyangka kalau Kuroshitsuji/Black Butler memiliki 'misteri dalam misteri' seperti ini hingga saya menjadi

Nobar One Piece

Jadi, ceritanya Padang lagi dapat tempat hiburan baru sejenis bioskop. Dan kehadian bioskop yang satu ini bikin  wibu  Sumbar bersorak gembira karena akhirnya kami bisa nonton movie  Anime  di bioskop. Ga perlu lagi gigit jari liatin orang-orang dari kota lain pamerin tiket nonton. Hal yang juga membahagiakan adalah ketika movie One Piece terbaru masih ditayangkan. Sehingga, komunitas One Piece di Padang ditawarkan untuk mengadakan   nobar .  Salah satunya adalah Kopi-RP (komunitas one piece Indonesia- regional padang). Tetapi karena anggota aktif kami tidak cukup untuk memenuhkan satu studio, akhirnya nobar tersebut dibuka untuk umum. Awalnya agak pesimis bakal bisa ngumpulin 101 orang untuk diajak nonton, ternyata hanya dalam 2 hari, tiketnya habis. Ternyata banyak peminatnya, bahkan ada OpLovers yang datang dari Bukittinggi dan Payakumbuh. Ga sia-sia sih selama ini menutup mata dan telinga dari segala spoiler yang meraja lela. Akhirnya bisa nonton langsung d

Balada Anak Tunggal: Lagu Baperan

“Eh, kamu anak tunggal? Waaaaah….. nggak nyangka, enak banget tuh!” “Cieee anak tunggal, pasti dimanja!” “Anak tunggal? Enaknyaaaaaaaa” Rata-rata saat saya bilang kalau saya anak tunggal, tanggapannya pasti gitu. Iya sih, enak banget jadi anak tunggal, semua perhatian dan kasih sayang orangtua cuma buat kita seorang. Minta apapun dibeliin, dan yang pasti nggak ada yang namanya barang kita dirusak atau dipinjem adik/kakak. Tapi mereka nggak tahu aja sih, kalau tiap mereka cerita tentang kakak cowok yang bikin mereka kesal sekaligus merasa terlindungi atau tentang adik masing-masing, saya adalah pihak yang hanya mendengarkan dan merespon seadanya tanpa bisa bilang, “I know that feel cz my brother blab la bla…” dan ikutan cerita kayak mereka juga. Hal itu nggak bakal pernah terjadi. Tapi lupakan masalah itu, sebab untuk kali ini saya mau bilang bahwa beberapa minggu ini lagi kepincut sama sebuah lagu, lagu minang tepatnya. Judulnya ‘nasib diri’ yang dipopulerkan oleh P