Skip to main content

Cuap-cuap Film Danur


Haiiiii~ udah lama ga cuap-cuap. Kangen ngeblog sih sebenarnya. Tapi yah... gitu deh. (btw ini nyoba pake app blogger dari playstore :'D Yah... ga bisa ngatur posisi gambarnya sih. Tapi asiklah untuk nulis-nulis aja)

berhubung waktu itu saya nonton film Danur di bioskop (yang jarang nonton bioskop) jadi, saya mau cuap-cuap tentang film ini.

waktu itu pulang nganter lamaran kerja ke sebuah perusahaan (cieelah, dasar pengangguran!), niatnya mau kencan setelah sekian lama LDR-an *uhuk uhuk*

Tapi karena kencannya batal, akhirnya saya jalan-jalan dulu ke sana-ke mari. Nah, kebetulan lewat bioskop dan liat film hantu terbaru Danur udah tayang, jam tayangnya juga ga bikin nunggu lama, akhirnya saya nonton deh. Sendirian.

Rata-rata, kan yang nonton film horor itu berdua atau rame-rame yah, tapi saya cuma sendiri. Anggap aja uji nyali (uji nyali nonton sendiri di antara banyaknya pasangan).

Awal film dimulai, di barisan tempat saya duduk, belum ada orang yang datang, sampe 10 menit film berjalan. Kasian amat saya ini, udah sendirian, di tempat duduk pun sendirian. Tapi ga apa, bisa taroh tas di samping kiri, taroh makanan dan minuman di samping kanan. Berasa bioskop punya sendiri #halah

Awal film, ada lagu sunda (yang katanya lagu pemanggil hantu) judulnya Boneka Abdi yang dinyanyiin Prilly sambil main piano dan nangis-nangis. Lagunya enak banget di denger. Saya suka. Ga aneh kalau hantu juga suka #eh?

But, for your info nih, gaes. Sebenarnya itu lagu anak-anak loh. Arti lagunya aja imut dan kesannya riang gitu. Tapi dinyanyiin dengan horor, jadinya horor gitu wkwkwk
Dan Risa Saraswati bilang, teman-teman hantunya (Peter dkk) suka menyanyikan lagu itu. Katanya, kalau mau mereka datang, nyanyikan saja lagu itu. Tapi mereka tak akan datang dengan wajah berdarah-darah, mereka akan datang dengan wajah ceria #keren

Salah satu yang paling melekat diingatan, ya sama lagu Boneka Abdi. Hantunya, sih kagak. Dan jangan lupa sama rumahnya. Keren banget. rumahnyaaaaa gedeeee, ada rumah pohonnya segala! Arsitekturnya cakeeep, dipoles dikit ga bakal serem jadinya. Hanya sekali ini saya pengen punya rumah kayak rumah di film horor.

Tapi sebelum bahas filmnya, saya mau cerita dulu kenapa kepikiran buat nonton nih film. Padahal ga terlalu suka sama horor Indonesia. Itu semua karena saya suka karya Risa Saraswati. Awal tahu dia dari novelnya.

Tertarik banget sama novelnya sejak baru nongol di toko buku. Tapi nggak punya duit lebih buat beli :'v

Beberapa bulan kemudian, saya nemu artikel tentang grub band indie Sarasvati. Katanya lagu-lagunya bagus dan beda dari yang lain karena bertema horor. Judul lagunya aja ngeri-ngeri sedep. Kayak lagunya yang judulnya Danur (artinya aroma orang mati). Ternyata, dia adalah pengarang novel Danur (nyadarnya lama)

Saya langsung stalking Sarasvati dan nemu lagu-lagu yang bagus. Contohnya aja yang "Story of Peter". Dan lagu yang paling saya suka itu adalah "Cerita Kertas dan Pena-sarasvati feat. Ink rosemary". Indah banget lagunya dan cerita di balik lagu itu dalem banget sodara-sodara. Kata mbak Risa (dia Indigo) lagu itu terinspirasi dari kisah nyata seorang hantu. Beuh~

Eh, kalau mau liat video klip lagu-lagunya, hati-hati pas mau akhir. Biasanya selalu ada yang ngagetin XD

Lalu dapat kabar kalau ada filmnya. Dan.... taraaaaaa saya tonton deh....!

Sekarang masuk tentang filmnya.

Saya suka yang jadi hantu. Dia yang main di film Rumah Dara itu loh, lupa namanya. Wajahnya horor walau nggak ada darah-darahnya.

Kesan ngeri filmnya itu kayak Insidious.

Trus... umh... saya kurang srek sama yang jadi hantu belandanya (teman hantu Risa), Peter, William, dan Johansen kalau ga salah.

Mereka terlihat manusiawi untuk selevel hantu. Saya lebih suka yang jadi Peter di video klip lagu Story of Peter. Dia ganteng (anak bule bangetlah) tapi wajah horornya itu dapet walaupun ga berdarah-darah.

Tapi saya nggak mau cerita panjang lebar tentang filmnya, maunya cerita pas lagi nonton di bioskop. Setelah hampir 10 menit nonton sendirian, akhirnya barisan kiri kanan terisi penuh (saya duduk di barisan kedua paling sudut/arah dinding).

Seleretan saya hanya ada dua cewek termasuk saya. Tapi dia duduknya jauh di ujung. Jadilah kiri-kanan itu cowok. Pas lagi asik nonton, orang sebelah saya sibuk bahas ilmu psikologi sama temen cowoknya (yang kebetulan di filmnya ada psikolog). Trus satu abege berseragam sekolah di depan saya heboh sendiri sambil teriak-teriak, "nggak mau nonton lagii takut... aduh takut.. ga mau nonton"

Padahal hantunya belum keliatan, cuma musiknya aja yang kadang ngagetin.

Sementara di belakang ada sekelompok cewek-cewek yang nilai humoris dalam diri mereka tinggi banget. Hal apapun yang harusnya serem, diketawain. Nenek-nenek yang sakitnya kumat pun diketawain. Pokoknya ketawa aja terus.

Kadang saya mikir, ini filmnya horor-comedy atau gimana?

Sampe akhir film, selalu saja bising, oleh tawa, obrolan cowok sebelah, ataupun oleh abege di depan yang nggak jelas takutnya kenapa.

Otomatis saya ga konsentrasi. Saya malah ga nemu serem filmnya di mana. Biasanya kan saya kalau nonton horor tuh malem-malem, sendirian di kamar. Jadi kalau rame-rame, gini kali yah efeknya.

Pertengahan film, cowok kiri-kanan saya keluar dan tak kembali lagi. Saya jadi santai dong... pokoknya posisi wenak banget sampe akhir film. Tentunya dengan wajah datar saking ga ada yang bikin adrenalin mbak-mbak setengah mateng ini terpacu.  Terbuai ketawa cewek-cewek di belakang sih.

Tapi kalau diinget-inget, jangan-jangan salah satu teman Risa lagi duduk di kiri-kanan saya yang kosong waktu itu.... hiiiii #plak

Belum lagi saya kerepotan netesin mata sama obat tetes karena saat itu lagi pake softlens
dan softlens-nya cepat kering di ruangan ber-AC. Pelajaran penting buat saya, jangan pake soplen kalau mau nonton di bioskop.

Jadi yaaaa begitulah kesan saya selama nonton film Danur. Film habis, saya masih duduk dengerin ending ost. Story of peter.



Comments

Popular posts from this blog

Fakta 'Ciel Phantomhive' Black butler

Beberapa waktu yang lalu saya dibuat tertarik oleh sebuah status di akun fesbuk yang menyatakan bahwa, “ Ciel Phantomhive sejak awal telah meninggal dunia dan yang mengikat kontrak dengan Sebastian Michaelis bukanlah Ciel melainkan saudara kembar Ciel ” Hal tersebut sontak membuat saya  shock dan benar-benar tak mempercayainya, bagaimana mungkin? Tahu darimana? Rasanya tidak ada pengungkapan hal tersebut di komiknya ataupun anime, tapi setelah dijelaskan sumbernya, saya baru menyadarinya. MEMANG tidak dijelaskan secara gamblang, tapi dijelaskan dengan cara yang sangat lihai oleh Yana Toboso-sensei. YA! DIJELASKAN SECARA TIDAK LANGSUNG dan kalau TIDAK TELITI dan KRITIS ketika membacanya pasti akan terkecoh dan mengabaikannya. Saya termasuk orang yang mengabaikannya, soalnya saya terbiasa membaca komik sederhana yang tidak terlalu memiliki banyak misteri, saya tak menyangka kalau Kuroshitsuji/Black Butler memiliki 'misteri dalam misteri' seperti ini hingga saya menjadi

Nobar One Piece

Jadi, ceritanya Padang lagi dapat tempat hiburan baru sejenis bioskop. Dan kehadian bioskop yang satu ini bikin  wibu  Sumbar bersorak gembira karena akhirnya kami bisa nonton movie  Anime  di bioskop. Ga perlu lagi gigit jari liatin orang-orang dari kota lain pamerin tiket nonton. Hal yang juga membahagiakan adalah ketika movie One Piece terbaru masih ditayangkan. Sehingga, komunitas One Piece di Padang ditawarkan untuk mengadakan   nobar .  Salah satunya adalah Kopi-RP (komunitas one piece Indonesia- regional padang). Tetapi karena anggota aktif kami tidak cukup untuk memenuhkan satu studio, akhirnya nobar tersebut dibuka untuk umum. Awalnya agak pesimis bakal bisa ngumpulin 101 orang untuk diajak nonton, ternyata hanya dalam 2 hari, tiketnya habis. Ternyata banyak peminatnya, bahkan ada OpLovers yang datang dari Bukittinggi dan Payakumbuh. Ga sia-sia sih selama ini menutup mata dan telinga dari segala spoiler yang meraja lela. Akhirnya bisa nonton langsung d

Balada Anak Tunggal: Lagu Baperan

“Eh, kamu anak tunggal? Waaaaah….. nggak nyangka, enak banget tuh!” “Cieee anak tunggal, pasti dimanja!” “Anak tunggal? Enaknyaaaaaaaa” Rata-rata saat saya bilang kalau saya anak tunggal, tanggapannya pasti gitu. Iya sih, enak banget jadi anak tunggal, semua perhatian dan kasih sayang orangtua cuma buat kita seorang. Minta apapun dibeliin, dan yang pasti nggak ada yang namanya barang kita dirusak atau dipinjem adik/kakak. Tapi mereka nggak tahu aja sih, kalau tiap mereka cerita tentang kakak cowok yang bikin mereka kesal sekaligus merasa terlindungi atau tentang adik masing-masing, saya adalah pihak yang hanya mendengarkan dan merespon seadanya tanpa bisa bilang, “I know that feel cz my brother blab la bla…” dan ikutan cerita kayak mereka juga. Hal itu nggak bakal pernah terjadi. Tapi lupakan masalah itu, sebab untuk kali ini saya mau bilang bahwa beberapa minggu ini lagi kepincut sama sebuah lagu, lagu minang tepatnya. Judulnya ‘nasib diri’ yang dipopulerkan oleh P