Skip to main content

Promosi Novel Sendiri

 Saya kembali setelah sekian lama tidak menulis di blog ini. Bukan karena tidak sempat menulis, tapi sibuk menulis di platform lain, salah satunya Wattpad. Kebetulan sedang ada satu project cerita yang sedang saya tulis dan mau menamatkannya sebelum pertengahan tahun ini. Semoga tercapai.

Maka dari itu, saya mau promosi. Jika tertarik, jangan lupa mampir ....

Judul: Story of Evil

Genre: Dark Fantasy - Psychological Thriller - Supernatural

Wattpad: Serenade33

Blurb: 

Jika kau menganggap sihir hanyalah mitos, maka kemarilah!

Akan kuceritakan kisah sebenarnya tentang sihir dan apa yang membuatnya terkubur dalam sejarah, bahkan enggan untuk diakui keberadaannya.

**

Inilah kisah tentang Arion dengan kekecewaannya, tentang Freya dengan segala keputus-asaanya, dan tentang malaikat dengan sayapnya yang menghitam.

Kau tidak perlu menyukai mereka atau mengasihinya. Kau hanya perlu duduk diam dan menjadi saksi sejarah sihir yang selama ini dianggap mitos.

Tapi ssstt ... ini adalah rahasia di antara kita!



Dunia ini sudah busuk.

Keajaiban dan kekuatan yang melewati batas logika telah menjelma menjadi bangkai. Membengkak dan terkubur asal di dalam tanah, lalu digerogoti oleh manusia yang lebih pantas disebut belatung, yang mengeluarkan liur penuh rasa lapar ketika mencium aroma menjijikkan dari bangkai yang berserakan.

Mata emas itu tidak lagi bisa melihat manusia di hadapannya sebagai makhluk sempurna ciptaan Tuhan. Baginya mereka hanya monster yang haus akan bangkai yang tengah ia genggam erat di tangannya.

Pikir mereka, jika bangkai itu tak dapat direbut, maka si pemilik iris terindah di bumi itu haruslah dicabik dan dilempar ke neraka terdalam bersama Lucifer yang sedang tersenyum pongah di sampingnya.

"HENTIKAN SEMUA INI, ARION!" Suara yang teramat ia rindukan terdengar begitu lantang. Penuh amarah dan kecewa. Sedikit getaran dari suara itu pun menyiratkan rasa sedih yang entah bagaimana membuat sedikit retakan pada kegelapan yang menjulang kokoh di hatinya.

Ingin sekali ia tumpahkan segenap amarahnya pada gadis pemilik suara itu. Namun semua akan sia-sia, sebab salah satu darah yang harus ia tumpahkan di hari yang besar ini adalah darah sang gadis. Satu pengorbanan yang harus ia lakukan demi menyelamatkan dunia dari parasit yang terus menggerogoti.

Kilatan sihir menyambar dari berbagai penjuru, bersiteru dengan petir yang menggelegar di langit mendung malam itu. Mata emasnya mulai menutup, mencoba meresapi pekatnya kebencian yang menyelubungi, tanpa harus khawatir salah satu mantra menyergap dan menjatuhkannya. Ia cukup percaya diri pada sihir perlindungannya.

Sebuah anak panah yang memancarkan cahaya biru melesat tepat di depannya. Sebuah tameng transparan berwarna hijau gelap tiba-tiba muncul, melindungi lelaki pucat yang menjadi sasaran. Namun, retakan pada tameng yang membuatnya begitu percaya diri, menyentaknya hingga kembali membuka mata.

Tanpa mengatakan apapun, ia melangkah menuju seorang gadis yang telah melesatkan anak panah itu. Fokusnya hanya pada sang gadis tanpa peduli pada banyaknya mantra yang diblokade oleh tameng sihirnya.

Dari tangan pucat yang bergelimang darah, muncul sebilah pedang yang berkilat tajam. Dalam sebuah kebisuan, ia menghunuskan pedangnya tepat ke arah sang gadis, tetapi seorang lelaki berbadan tegap menghadangnya.

"Apa kau lupa pada sumpahmu?!" bentak lelaki berambut gelap itu.

Kali ini, mata emas menatap langsung ke mata coklat sang gadis. Rasanya baru kemarin ia mengagumi pemilik rambut indah itu. Baru kemarin ia memuja surai hazel yang melambai indah tertiup angin. Bibirnya terangkat membuka, "Sumpahku telah mati bersama penghianatan yang kalian berikan."

"Langkahi mayatku sebelum kau bisa melukai Freya!"

"Tentu," jawabnya enteng. Pedang di tangannya terayun dengan sangat cepat, menyamar bersama kilatan kutukan yang masih menghujaninya. Dan pria tampan yang menghalangi tumbang tanpa sempat membuat perlawanan.

Gadis di depannya berteriak dan mejatuhkan busurnya. Fokusnya hanya tertuju pada lelaki bersimbah darah yang terjatuh menghantam tanah. Hendak dihampirinya, namun sebuah kaki yang melangkahi tubuh lelaki itu menghentikannya.

"Sekarang aku sudah melangkahi mayatmu," ucapnya.

Sekali lagi mereka bertatapan. Lalu ia biarkan sebuah tamparan melewati pertahanannya dan bersarang indah pada pipinya hingga, memerah dan berdenyut. "Kau bukan iblis, Arion. Maka sadar dan ingatlah dirimu yang sebenarnya!"

"Orang yang kau kenal sebagai Arion sudah mati!" tukasnya. Lalu, mengalihkan pandangan pada sekelilingnya. "Samael, habisi mereka semua!" perintahnya pada sosok tampan berpakaian serba hitam yang masih setia berdiri di samping singgasana yang tadi ia duduki.

Lelaki berpakaian hitam tersenyum mengerikan, menampilkan sepasang taring di deretan giginya. "Sesuai perintahmu."

Satu persatu teriakan saling barsambut. Pemilik iris emas mengangkat tangan kiri ke atas dan  cahaya hitam yang menyambar-nyambar muncul membalut tangan itu, lalu dihempaskannya kepada orang-orang yang masih berusaha melancarkan sihir rendahan padanya. Sontak mereka semua terbelah menjadi dua dan berhamburan bagai kelopak bunga penghias pesta.

"HENTIKAN!" Sekali lagi, gadis itu berteriak lantang dengan tatapan ngeri.

"Bunuh dia Arion!" Lelaki berpakaian hitam sudah berdiri di belakang dengan wujud berbeda. Kali ini ada empat sayap hitam besar di punggungnya. "Dia yang terakhir."

Lagi, tangan pucat berlumuran darah itu mengangkat pedang dan mengarahkannya pada gadis yang sedari tadi terus mengusiknya. Harusnya menikam jantung sang gadis akan menjadi sesuatu yang sangat mudah, namun sekelebatan ingatan mengganggunya.

Gadis itu menutup mata dalam beberapa detik dan menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. Kemudian ia berjalan mendekati ujung pedang Arion dan membiarkan pedang itu perlahan menembus dadanya dan menikam jantungnya.

"Freya.” Untuk pertama kali setelah sekian lama, nama itu terucap dari bibir si lelaki bermata emas.

"Kita benar-benar malang, Arion," lirih sang gadis dengan senyuman yang mulai mengembang. Tidak selaras dengan mata yang menatap penuh kesedihan. "Dengan begini, kita akan kembali berkumpul berempat. Seperti dulu."

"Berempat seperti dulu?" gumam Arion dan tubuhnya menjadi abu yang terbang kembali ke masa lalu.

 


Sedikit cuap-cuap tentang Story of Evil.

Cerita ini sebenarnya olahan atau daur ulang dari kisah yang dulu pernah saya tuis di buku. Mungkin ketika masih awal-awal kuliah dulu. Akhirnya 2017-an saya tulis ulang dan publish dengan judul Story of Evil: The Golden Eyes.

kemudian terbengkalai dan dirombak lagi, hingga judulnya menjadi Story of Evil dan dipublish di kwikku. Lalu terbengkalai, dirombak lagi dan akhirnya saya rilis di Wattpad. Kali ini plot dan semuanya saya pikirkan dengan sangat matang hingga tamat untuk menghindari kebuntuan di tengah penulisan.

Sama halnya ketika menulis fanfiction, cerita kali ini saya buat untuk pemuasan diri sendiri. Sebuah cerita yang sesuai dengan keinginan sendiri tanpa melihat selera pasar. Saya juga pasrah kalau tidak banyak yang suka dengan ceritanya. Karena sadar diri juga, sih. Ini cerita bukan sesuatu yang memiliki banyak filososif yang pintar dan penuh makna. Ini hanya kisah yang memuaskan hasrat seorang mbak-mbak yang otaknya terkadang sering tidak waras.

Penulisan pada SoE juga masih cetek banget. Akibat dari hampir dua tahun tidak menulis dan berkecimpung di dunia tulis-menulis. Semua ilmu tentang bahasa dan tata bahasa yang harusnya sudah jadi makanan sehari-hari malah lupa begitu saja. Benar kata pepatah, 'lancar kaji karena diulang.'

Pada akhirnya SoE seolah menjadi karya pertama di mana saya kembali belajar segala hal tentang tulis menulis melaluinya. Jika dosen saya tahu tentang hal ini, mungkin beliau menepuk jidat saya karena dengan bodohnya melupakan semua ajaran beliau selama empat setengah tahun di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. #senyummiris

Ada banyak emosi yang menjadi landasan dalam penulisan novel kali ini. Sebab cerita ini dibuat ketika saya berada di ambang batas kewarasan. Ketika depresi dan segala hal terburuk menghantam sekaligus hingga membuat pikiran saya menjadi teramat kacau, suram, bobrok, dan semacamnya.

Mungkin dengan menulis SoE inilah saya menjadi sedikit lebih waras. Sebab semua sumpah serapah, kesialan, rutukan, kutukan, dan berbagai macam hal suram lainnya saya tuangkan ke dalam sosok bernama Arion.

 Tapi nanti akan saya jabarkan lagi setelah novelnya tamat wkkwkwk

Comments

Popular posts from this blog

Fakta 'Ciel Phantomhive' Black butler

Beberapa waktu yang lalu saya dibuat tertarik oleh sebuah status di akun fesbuk yang menyatakan bahwa, “ Ciel Phantomhive sejak awal telah meninggal dunia dan yang mengikat kontrak dengan Sebastian Michaelis bukanlah Ciel melainkan saudara kembar Ciel ” Hal tersebut sontak membuat saya  shock dan benar-benar tak mempercayainya, bagaimana mungkin? Tahu darimana? Rasanya tidak ada pengungkapan hal tersebut di komiknya ataupun anime, tapi setelah dijelaskan sumbernya, saya baru menyadarinya. MEMANG tidak dijelaskan secara gamblang, tapi dijelaskan dengan cara yang sangat lihai oleh Yana Toboso-sensei. YA! DIJELASKAN SECARA TIDAK LANGSUNG dan kalau TIDAK TELITI dan KRITIS ketika membacanya pasti akan terkecoh dan mengabaikannya. Saya termasuk orang yang mengabaikannya, soalnya saya terbiasa membaca komik sederhana yang tidak terlalu memiliki banyak misteri, saya tak menyangka kalau Kuroshitsuji/Black Butler memiliki 'misteri dalam misteri' seperti ini hingga saya menjadi

Nobar One Piece

Jadi, ceritanya Padang lagi dapat tempat hiburan baru sejenis bioskop. Dan kehadian bioskop yang satu ini bikin  wibu  Sumbar bersorak gembira karena akhirnya kami bisa nonton movie  Anime  di bioskop. Ga perlu lagi gigit jari liatin orang-orang dari kota lain pamerin tiket nonton. Hal yang juga membahagiakan adalah ketika movie One Piece terbaru masih ditayangkan. Sehingga, komunitas One Piece di Padang ditawarkan untuk mengadakan   nobar .  Salah satunya adalah Kopi-RP (komunitas one piece Indonesia- regional padang). Tetapi karena anggota aktif kami tidak cukup untuk memenuhkan satu studio, akhirnya nobar tersebut dibuka untuk umum. Awalnya agak pesimis bakal bisa ngumpulin 101 orang untuk diajak nonton, ternyata hanya dalam 2 hari, tiketnya habis. Ternyata banyak peminatnya, bahkan ada OpLovers yang datang dari Bukittinggi dan Payakumbuh. Ga sia-sia sih selama ini menutup mata dan telinga dari segala spoiler yang meraja lela. Akhirnya bisa nonton langsung d

Balada Anak Tunggal: Lagu Baperan

“Eh, kamu anak tunggal? Waaaaah….. nggak nyangka, enak banget tuh!” “Cieee anak tunggal, pasti dimanja!” “Anak tunggal? Enaknyaaaaaaaa” Rata-rata saat saya bilang kalau saya anak tunggal, tanggapannya pasti gitu. Iya sih, enak banget jadi anak tunggal, semua perhatian dan kasih sayang orangtua cuma buat kita seorang. Minta apapun dibeliin, dan yang pasti nggak ada yang namanya barang kita dirusak atau dipinjem adik/kakak. Tapi mereka nggak tahu aja sih, kalau tiap mereka cerita tentang kakak cowok yang bikin mereka kesal sekaligus merasa terlindungi atau tentang adik masing-masing, saya adalah pihak yang hanya mendengarkan dan merespon seadanya tanpa bisa bilang, “I know that feel cz my brother blab la bla…” dan ikutan cerita kayak mereka juga. Hal itu nggak bakal pernah terjadi. Tapi lupakan masalah itu, sebab untuk kali ini saya mau bilang bahwa beberapa minggu ini lagi kepincut sama sebuah lagu, lagu minang tepatnya. Judulnya ‘nasib diri’ yang dipopulerkan oleh P