Saya punya mimpi. Mimpi tentang masa depan yang sejatinya masih bersembunyi. Saya hanya ingin mencoba bertahan, setidaknya kembali membuat sebuah harapan. Walau rasanya begitu berat dan seakan tidak tahu diri, namun menjadi salah satu hal yang membuat kuat dalam sebuah tekad. Terkadang rasanya begitu tercekat. Ingin melangkahpun terasa banyak yang mencegat dan seakan mengikat.
Hari ini saya sedang berjuang. Mencoba mengecap sebuah peluang. Orang bilang kesempatan tidak datang dua kali, namun bukan berarti diri sendiri tak mampu membuatnya terulang kembali. Sempat sekali hendak mengakhiri, melakukan sesuatu yang pastinya akan disesali. Syukurnya logika ini belum mati, hingga tersadar akan dosa yang mendekati.
Hampir saja Tuhan, saya buat kecewa. Dengan bodohnya meragukan kuasa-Nya. Hampir saja Tuhan, saya buat kecewa. Dengan bodohnya berdo’a tanpa berusaha. Lalu saya kembali memikirkannya, mencoba mengingat mimpi yang terlupakan begitu saja.
Saya punya mimpi. Mimpi menjadi perangkai kata yang memerangkap pembaca. Mimpi menjalani masa tua bersama yang tercinta. Dengan dia yang sepertinya sedang meragu untuk membuat langkah baru bersama. Ah, atau hanya saya yang merasa ragu pada kepastiannya.
Tidak muluk keinginan saya. Hanya berharap dapat menikmati secangkir teh bersamanya di kala senja yang menghantarkan gerimis. Tidak muluk keinginan saya, hanya berharap mampu menjadi seperti mereka yang dapat hidup dari sebuah mimpi. Lalu akan saya habiskan waktu di rumah bersamanya. Tidak lupa seekor kucing manis berbulu lebat yang mendengkur merdu.
Comments
Post a Comment