Skip to main content

Balada Anak Tunggal: Lagu Baperan

Gambar oleh <a href="https://pixabay.com/id/users/jillwellington-334088/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=2516582">Jill Wellington</a> dari <a href="https://pixabay.com/id/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=2516582">Pixabay</a>



“Eh, kamu anak tunggal? Waaaaah….. nggak nyangka, enak banget tuh!”

“Cieee anak tunggal, pasti dimanja!”

“Anak tunggal? Enaknyaaaaaaaa”

Rata-rata saat saya bilang kalau saya anak tunggal, tanggapannya pasti gitu. Iya sih, enak banget jadi anak tunggal, semua perhatian dan kasih sayang orangtua cuma buat kita seorang. Minta apapun dibeliin, dan yang pasti nggak ada yang namanya barang kita dirusak atau dipinjem adik/kakak. Tapi mereka nggak tahu aja sih, kalau tiap mereka cerita tentang kakak cowok yang bikin mereka kesal sekaligus merasa terlindungi atau tentang adik masing-masing, saya adalah pihak yang hanya mendengarkan dan merespon seadanya tanpa bisa bilang, “I know that feel cz my brother blab la bla…” dan ikutan cerita kayak mereka juga. Hal itu nggak bakal pernah terjadi.

Tapi lupakan masalah itu, sebab untuk kali ini saya mau bilang bahwa beberapa minggu ini lagi kepincut sama sebuah lagu, lagu minang tepatnya. Judulnya ‘nasib diri’ yang dipopulerkan oleh Putri. Lagu ini sangat berkesan bagi saya, karena secara umum, liriknya ngena banget sama saya si anak tunggal. Lagunya langsung bikin baper dan merasa ngenes disaat bersamaann.

Berikut ini liriknya beserta transletan bahasa Indonesia.


Judul: Nasib Diri
Ciptaan: Wan Parau
Penyanyi: Putri

Lah hilang tando lah hilang bayang (tlah hilang tanda, tlah hilang bayang)
Tungga babeleang di rantau urang (anak tunggal, di rantau orang)
Sanak di cari kama di cari (Saudara dicari ke mana dicari)
Di Ranah Minang dima tampek nyo (di ranah minang di mana tempatnya)
Di Ranah Minang dima tampek nyo (di ranah minang di mana tempatnya)

Dulu jo mande denai batanyo (dulu dengan ibu aku bertanya)
Tanyo bajawek jo aia mato (Tanya dijawab dengan air mata)
Lai di cubo pulang ka kampuang (Sudah dicoba pulang ke kampung)
Di Ranah Minang alun basuo (di ranah minang belum ketemu)
Di Ranah Minang alun basuo (di ranah minang belum ketemu)

Mangko tangih badarai darai (Mangkanya tangis berderai-derai)
Tungga babeleang kini marasai (anak tunggal sekarang sengsara)
Acok tabayang jo mande kanduang (sering terbayang dengan ibu kandung)
Dek nasib diri nan denai tangguang (karna nasib diri yang aku tanggung)

Tuhan Kuaso tunjukkan jalan (Tuhan kuasa tunjukkan jalan)
Buliah nak tarang tarang langkah ko (agar bisa terang terang langkah ini)
Untuang kok isuak tasuo juo (untung jika esok bertemu jua)
Jo sanak sanak nan denai cinto (dengan saudara-saudara yang aku cinta)

Dulu jo mande denai batanyo
Tanyo bajawek jo aia mato
Lai di cubo pulang ka kampuang
Di Ranah Minang alun basuo
Di Ranah Minang alun basuo

Mangko tangih badarai darai
Tungga babeleang kini marasai
Acok tabayang jo mande kanduang
Dek nasib diri nan denai tangguang

Tuhan Kuaso tunjukkan jalan
Buliah nak tarang tarang langkah ko
Untuang kok isuak tasuo juo
Jo sanak sanak nan denai cinto

Ya ampuuun…. Kebayang aja sih suatu saat saya bakal bernasib kayak gitu. Anak tunggal, orangtua udah nggak ada, hidup diperantauan, dan nggak punya saudara kandung yang bisa jadi tempat mengadu, yang bisa jadi jaminan saat nggak sanggup sendirian (karna emang Cuma saudara kandung yang akan benar-benar loyal pada kita dan akan selalu ada dalam kondisi apapun ‘kecuali yang durhaka #pffft’, yang bakal ikhlas untuk kita bikin susah dan bebani). Jadi baperan kan….. huhuhuh tapi tetep aja suka muterin lagunya hingga hafal sama liriknya. Pfffft~

Beberapa waktu lalu saya pernah nyanyiin lagu ini ke ‘Mawar’ (masih nama samara) lewat telfon, trus bilang gini, “suatu saat mungkin aku bakal bernasib sama kayak di lagu itu,”

‘nggak akan kayak gitu, kan ada aku. Tenang aja!” kata mawar dengan mantap (kayaknya sih)

Uuukh~ terdengar gombal sih, tapi langsung terharu, sumpah. 


Comments

Popular posts from this blog

Fakta 'Ciel Phantomhive' Black butler

Beberapa waktu yang lalu saya dibuat tertarik oleh sebuah status di akun fesbuk yang menyatakan bahwa, “ Ciel Phantomhive sejak awal telah meninggal dunia dan yang mengikat kontrak dengan Sebastian Michaelis bukanlah Ciel melainkan saudara kembar Ciel ” Hal tersebut sontak membuat saya  shock dan benar-benar tak mempercayainya, bagaimana mungkin? Tahu darimana? Rasanya tidak ada pengungkapan hal tersebut di komiknya ataupun anime, tapi setelah dijelaskan sumbernya, saya baru menyadarinya. MEMANG tidak dijelaskan secara gamblang, tapi dijelaskan dengan cara yang sangat lihai oleh Yana Toboso-sensei. YA! DIJELASKAN SECARA TIDAK LANGSUNG dan kalau TIDAK TELITI dan KRITIS ketika membacanya pasti akan terkecoh dan mengabaikannya. Saya termasuk orang yang mengabaikannya, soalnya saya terbiasa membaca komik sederhana yang tidak terlalu memiliki banyak misteri, saya tak menyangka kalau Kuroshitsuji/Black Butler memiliki 'misteri dalam misteri' seperti ini hingga saya menjadi...

2 Film Paling... Menjijikkan

Sesuai judulnya, kali ini saya akan membahas film menjijikan yang pernah saya tonton. Awal kenal beberapa film menjijikan ini adalah karena emang saya yang nyari sendiri. Sengaja nyari film yang katanya banyak dicekal penayangannya. "Seberapa menjijikannya, sih film itu?" "Seberapa mengerikannya, sih sampe dicekal banyak negara?" Atas dasar itulah akhirnya saya memilih beberapa film dan ternyata emang ga aneh kalau film-film itu dicekal. Dari beberapa film, yang paling saya ingat adalah 1. Kanibal Holocaust filmnya berbentuk seperti film dokumenter gitu. Jadi ada segerombolan orang yang ingin mengetahui kehidupan suku kanibal dan menjadikannya film dokumenter untuk ditayangkan ke seluruh dunia nantinya. Mereka pergi ke pedalaman hutan dan tampilan filmnya emang kayak dokumentasi perjalanan gitu. Awal nonton sih biasa aja. Bahkan peringatan yang dikasih orang-orang untuk ga nonton sambil makan pun ga saya dengarkan. Saya malah nonton sambil makan. Dan... bia...

Keindahan Kuroshitsuji di Atas Panggung (Part 2)

Sesuai rencana awal, saya akan membahas semua drama musical Kuroshitsuji (Kuromyu). Oleh karena itu sekarang saya akan membahas Kuromyu II - The Most Beautiful Death In The World. Untuk yang satu ini saya dapat dari hasil jaraha HDD teman. Masih teringat saat itu lagi asik nyalin manga yaoi—ups—eh malah nemu kuromyu II terselip di antara koleksi-koleksinya. Tanpa pikir panjang langsung saya salin, tapi sialnya ternyata RAW! Nggak ada subtitlenya. Tapi video-nya lengkap, ada video back stage-nya segala. Berhubung ukuran file-nya besar, saya mengurungkan niat untuk mencari dan mendownload yang ada subtitlenya. Jadi yah… nge-maso aja (nonton tanpa subtitle!) muahahahha… Nah, karena itu, kali ini saya bakal certain sebatas pemahan—cetek—saya saja dalam memahami bahasa Jepang dan bahasa tubuh(?) Sebelum kita bahas jalan ceritanya, lebih dulu saya perkenalkan pemain-pemain yang terlibat dalam kuromyu kali ini. Pemeran Kuromyu: 1. Sebastian Michaelis  (Yuya Matsushita) Oh ye...