Pengabdi
Setan
Judulnya apa banget, belagak mencari kengerian, tapi sendirinya paling takut sama hal ghaib XD
Belakangan ini saya lagi pengen
banget nonton film horror atau thriller. Tapi nggak ada yang mau ngasih copy-an
filmnya (gretongan banget emang). Selain itu juga nggak tahu musti nonton apa.
Lalu iseng-iseng liat film baru di bioskop (cieee yang di kotanya udah ada XXI
pffft~ ), ternyata lagi musim film horror. Dari beberapa judul, saya tertarik
sama ‘Pengabdi Setan’. Film hasil remake film horror jadul. Dulu sempat baca
rekomendasi film horror indo terbaik dan ‘Pengabdi Setan’ termasuk dalam
jajarannya. Otomatis saya mau nonton film terbarunya dong wahahahahha
Awalnya masih ragu, takut nggak
sesuai ekspektasi kayak ‘Danur’ yang saya tonton dulu. Soalnya lagi dalam mood
nonton film seram yang bikin merinding. Mau memacu adrenaline, gitu! (cie
elah!) sebelum nonton, nyempetin nonton trailernya dan sempat nemu video
reaksi orang yang nonton; rata-rata sih pada ketakutan, teriak-teriak, dan
segala macam reaksi ketakutan lainnya. Dalam hati mikirnya, ‘Wah, seseram apa
nih film. Bisa bikin orang takut. Kayaknya emang harus nonton!’ (saya nggak mau
lagi nonton horror berasa nonton komedi kayak sebelumnya) dan kali ini niatnya
pengen nonton bareng ‘Mawar’ tapi dia nggak bisa dalam waktu dekat. Cih,
akhirnya nonton horror sendirian lagi.
Tadi siang (2 okt) saya
pergi nonton—sendirian—dan sangat beruntung studionya nggak penuh. Saya
duduk di barisan F dan di samping saya nggak ada orang. Jadi seleretan itu hanya ada saya (nggak tau musti senang atau ngenes). Sementara barisan di seberang
saya cuma ada sepasang (enak ya ada yang tangannya bisa diremes pas ketakutan/
halah). Tapi enak, sih. Nggak terlalu bising. Di bagian depan nggak ada
siapa-siapa. Di belakang juga dikit. Bagus, sih suasananya buat nonton
horror #elusdagu
Film ini bercerita tentang sebuah
keluarga (ayah, ibu, nenek, dan 4 orang anak). Sang ibu adalah mantan penyanyi
yang terpaksa pensiun karena sakit yang membuatnya hanya bisa berbaring dan
menggerakkan sedikit tangan untuk membunyikan lonceng jika butuh sesuatu. Untuk
pengobatan sang ibu, mereka sekeluarga mengalami kesulitan ekonomi. Suatu hari
sang ibu meninggal dunia, sehari setelah berkabung, Ayah pergi keluar kota
untuk bekerja. Namun, seisi rumah malah merasa kalau sang ibu telah kembali ke
rumah. Contohnya saja di dalam rumah
masih sering terdengar suara lonceng yang biasa digunakan ibunya untuk
memanggil jika ada keperluan. Tak lama kemudian, nenek juga meninggal dunia
(ditemukan mengapung dalam sumur) dan sejak saat itu, segala macam terror
semakin menjadi.
Menurut saya, ini film yang bagus.
Ada beberapa humor ‘cerdas’ yang pecah banget. Yang paling saya inget tuh, pas
anak kedua (cowok 16 tahun) yang becanda bilang bakal jadi gigolo dan ditanya
serius sama adiknya (anak ke-3, 10 tahun) tentang apa itu gigolo, si kakak
langsung bilang itu sebuah pekerjaan yang enak, kita disayang-sayang… trus
dikasih duit. Dan si adik langsung bilang, “kayaknya aku jadi gigolo juga deh”
dengan wajah polos (ini bikin ngakak banget/ eh ini spoiler bukan sih?!).
selain itu juga ada beberapa humor lain yang bikin nggak bosan. selain humor,
juga disuguhi drama keluarga yang menurut saya bagus.
Untuk sisi horornya, ini cukup bikin
kaget dibeberapa adegan. Yang aling memorial itu adalah, pas setan sang ibu
bilang ‘sisirin rambut ibu, Ton!’. Ini serius bikin kaget. tapi saya malah
ngakak saking kagetnya. Refleks aja ngakak—mungkin bentuk perlindungan mental
yang berasal dari alam bawah sadar(?). selain hantu, juga ada mayat hidupnya.
Orang-orang bilang ini zombie ala Indonesia. Tapi sayangnya nggak ada adegan
hancurin kepala zombie (ya iyalah). Secara keseluruhan, menurut saya filmnya
bagus, tapi masih belum cukup seram untuk bikin saya takut tidur sendirian di
malam hari.
Hal yang mengecewakan menurut saya adalah bagian
akhirnya. Penyelesaian masalahnya nggak banget, sih. Padahal hantunya udah
sebanyak dan seagresif itu, tapi penyelesaiannya cuma segitu doang. Saya kurang
puas.
Di bagian akhir juga ada adegan yang
bikin saya pengen bilang, ‘KAMI BUTUH SEKUEL!”
Tambahan:
1.
Saya
suka acting M. Adhiyat sebagai Ian (anak keempat, 7 tahun). Ini anak sering
bikin ngakak sama tingkah lucunya, tapi sempat bikin merinding di beberapa
adegan.
2.
Endy
Arfian (anak kedua) itu… punya bibir yang kissable!
(apa ini?)
Comments
Post a Comment